BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LatarOBelakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak
selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsiO(Gunawan,1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu
didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana
berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih
berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih
metode kontrasepsi yang diinginkan. Sebenarnya ada cara yang baik dalam
pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih
dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan
benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. KB
merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak
pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting)
jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamananOmedis
serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan0(ferundity).
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah
satu alat yaitu mengenai KB susuk. Susuk merupakan alat KB yang terdiri dari 6
tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3cm. Susuk disebut alat
kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya
sebesar batang korek api. Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah
progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen
yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan, dengan
demikian menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB yang ditempatkan di
bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara
perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam
tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB bekerja efektif selama 5 tahun.
Jika dalam waktu tersebut si pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat
segera diangkat. Tapi jika tidak, si pemakai tidak perlu repot-repot lagi
menggunakan alat KB lain. Hanya sesekali ia perlu memeriksakan kesehatan ke
dokter atau bidan yang memasangkan susuk tersebut. Pemakaian susuk dapat
diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum
waktunya jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur),
panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek api. Dibandingkan pil
atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun
demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya
pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya terlebih dulu
kepada dokter.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan implan ?
2.
Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari Implan
?
3.
Apa saja keuntungan dan kekurangan dari implan ?
4.
Bagaimana cara kerja dari implan ?
5.
Apa saja efek samping dari implan ?
6.
Bagaiman cara pemasangan dan pelepasan implan ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi dari implant
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis implant
3.
Untuk mengetahui indikasi dan
kontraindikas implant
4.
Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan implant
5.
Untuk mengetahui efektifitas implant
6.
Untuk mengetahui efek samping penggunaan implant
7.
Untuk mengetahui Cara Pemasangan KB susuk
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Defenisi
Implant/susuk KB adalah
kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit pada bagian
tangan yang dilakukan olej dokter Anda. Tabung kecil berisi hormon tersebut
akan terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan. Keuntungan memakai kontrasepsi
ini, Anda tidak harus minum pil atau suntik KB berkala. Proses pemasangan susuk KB ini
cukup 1 kali untuk masa pakai 2-5 tahun. Dan bilamana Anda berenca hamil, cukup
melepas implant ini kembali, efek samping yang ditimbulkan, antara lain
menstruasi tidak teratur.
Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan
pencabutan disebabkan oleh pemasangan yang tidak tepat, oleh karena itu ,hanya
petugas klinik yang terlatih (dokter,bidan,dan perawat) yang diperbolehkan
memasang maupun mencabut implan.untuk mengurangi masalah yang timbul setelah
pemasangan,semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara hati-hati dan
lembut,dengan menggunakan upaya pencegahan infeksiyang dianjurkan (Sarifiddin,
2006).
2.2
Jenis-Jenis Implant dan Mekanisme Kerjanya
1.
Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2.
Implanon.
Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3.
Jadena
dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun
Adapun Mekanisme Kerjanya adalah :
1.
Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan
penetrasi sperma.
2.
Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium
sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.
3.
Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi
terjadinya ovulasi.
4.
Mengurangi transportasi sperma.
2.3
Indikasi dan Kontra Indikasi
a.
Indikasi
1.
Pemakaian KB yang jangka waktu lama.
2.
Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak
antara kelahirannya tidak terlalu dekat.
3.
Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
b.
Kontra Indikasi
1.
Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa
sebab.
2.
Wanita dalam usia reproduksi.
3.
Telah atau belum memiliki anak.
4.
Menginginkan
kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena).
5.
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
6.
Pasca persalinan dan tidak menyusui.
7.
Pasca
keguguran.
8.
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak
kontrasepsi mantap.
9.
Riwayat kehamilan ektopik.
10.
Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah, atau amenia bulan sabit (sickle cell).
11.
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal
yang mengandung estrogen.
12.
Sering lupa menggunakan pil.
13.
Perdarahan pervaginan yang belum diketahui
penyebabnya.
14.
Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
15.
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang
terjadi.
16.
Miom uterus dan kanker payudara.
17.
Gangguan toleransi glukosa.
2.4
Kelebihan dan Kekurangan
a.
Kelebihan
Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :
Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :
1.
Implant merupakan cara KB yang sangat efektif
dalam mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna.
2.
Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan,
akseptor tidak perlu melakukan atau memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan
pil.
3.
Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan
perlindungan selama 5 tahun.
4.
Implant
cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina dan tidak mengganggu
kebahagiaan dalam hubungan seksual.
5.
Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila
seorang akseptor menginkan anak lagi, kesuburannya dapat langsung kembali
setelah norplant diangkat.
6.
Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu
yang tidak amau mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan
sterilisasi (GUNAWAN, 1999).
b.
Keuntungan dari metode ini adalah:
1.
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan.
2.
Tidak
melakukan pemeriksaan dalam.
3.
Bebas dari pengaruh estrogen.
4.
Tidak mengganggu ASI.
5.
Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada
keluhan.
6.
Perdarahan lebih ringan.
7.
Tidak menaikkan tekanan darah.
8.
Mengurangi nyeri haid.
9.
Mengurangi/ memperbaiki anemia.
10.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
11.
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak
payudara.
12.
Melindungi diri dari beberapa penyakit radang
panggul
c.
Kekurangan pada alat kontrasepsi implant adalah
1.
Timbul beberapa keluhan nyeri kepala,
peningkatan/ penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pusing
kepala, perubahan mood atau kegelisahan.
2.
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan.
3.
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
4.
Efektifitasnya menurun jika menggunakan
obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
5.
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih
tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).
2.5
Efek Samping
1.
Efek samping paling utama dari implant adalah
perubahan pola haid, yang terjadi pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama
3-6 bulan pertama dari pemakaian.
2.
Yang paling sering terjadi:
-
Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus
haid.
-
Perdarahan bercak (spotting).
-
Berkurangnya panjang siklus haid.
-
Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan
perdarahan lama atau perdarahan bercak.
3.
Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak
mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan
lebih sering daripada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4.
Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan
berkurang dengan berjalannya waktu.
5.
Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
6.
Perubahan dalam periode menstruasi merupakan
keadaan yang paling sering ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami
kenaikan berat badan (Gunawan,
1999).
2.6
Pemasangan Implant
1.
Pelaksanaan Pelayanan
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi
cocok untuk pemasangan maupun pencabutan implan.Bila mungkin,ruangan sebaiknya
jauh dari area yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah
sakit,serta harus:
-
Mamiliki pencahayaan yang cukup.
-
Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di
bersihkan.
-
Terbebas dari debu dan serangga.
-
Memiliki ventilasi udara yang baik.
-
Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk
mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir (air kran dan lain-lain).
2.
Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah
pemasangan maupun pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk
menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan
hal-hal sbb:
a.
Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun
seluruh lengan yang akan dipasang implan dan membilasnya hingga tidak ada sabun
yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik).
Langkah ini sangat penting khususnya bila kebersihan klien.
b.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir. Untuk pemasangan dan pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun
selama 5-10 detik kemudian bila dengan air bersih yang mengalir sudah cukup.
c.
Pakai kedua sarung tangan yang telah
disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang sarung tangan yang berbeda untuk
tindakan guna menghindari kontaminasi silang.
d.
Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan
kapas yang telah diberi anti septik: gunakan forsep untuk mengusap kapas
tersebut pada daerah pemasangan/pencabutan implan.
e.
Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan
batang implan,dan sebelum malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan
larutan clorin 0,5%. Sebelum membuang atau merendam jarum dan alat suntik,isi
dahulu dengan larutan clorin. Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari trokar.
Darah kering akan menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam
selama 10 menit;kemudian bilas segera dengan air bersih.
f.
Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum
digunakan kembali. Setelah dipakai, taruh pada wadah kering dan bertutup.
g.
Dengan tetap memakai sarung tangan, buang
bahan-bahan terkontaminsi (kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutuprapat atau
kantong plastik yang tidak bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai
(disposable) harus dibuang kedalam wadah yang tahan tusuk.
h.
Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.
3.
Persiapan
a.
Persiapan Klien
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk
disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat
implan akan dipasang akan mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit
klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi
resiko terjadinya infeksi pada insersi atau pencabutan implan Norplant
b.
Peralatan dan Instrumen untuk Insersi
1.
Meja periksa untuk berbaling klien.
2.
Alat penyangga lengan (tambahan).
3.
Batang implan dalam kantong.
4.
kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi)
serta mangkok untuk tempat meletakkan implan Norplant.
5.
Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah
steril (atau didisinfeksi tingkat tinggi).
6.
Sabun untuk mencuci tangan.
7.
Larutan anti septik untuk disinfeksi
kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon iodin lainnya), lengkap dengan
cawan/mangkok anti karat.
8.
Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin).
9.
Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran
2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch).
10.
Trokar 10 dan madrin.
11.
Skalpel 11 atau 15.
12.
Kassa pembalut, band aid, atau plester.
13.
Kassa steril dan pembalut.
14.
Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus
tersedia untuk kaperluan darurat).
15.
Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan).
16.
Bak/tempat instrumen (tertutup)
4.
Kunci Keberhasilan Pemasangan
1.
Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan
klien yang jarang digunakan.
2.
Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
3.
Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan
sedikitnya 8 cm diatas lipat siku, didaerah media lengan.
4.
Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya
sekedar menembus kulit. Gunakan kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi..
5.
Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut
yang kecil, superfisisl tepat dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan
dipaksakan.
6.
Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap
saat,untuk memastikan memastikan pemasangan tepat dibawah kulit.
7.
Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar
sebelum kapsul berikutnya dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul
sebelumnya,pegang kapsul yangsudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan
masuk trokar pelan-pelan disepanjang tepi jari tersebut).
8.
Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung
kapsul menonjol keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut
dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
9.
Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi
sebelum semua kapsul dipasang dan periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk
memastikan bahwa keenam kapsul dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang
sama dibawah kulit.
10.
Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut
75 derajat
5.
Persiapan Pemasangan
Langkah 1
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun
dan air yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun
(sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat
penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya
dan mencegah penularan penyakit.
Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila
ada) dengan kain bersih.
Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan
(misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping.
Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit
bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan
pemasangan.
Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
Langkah 5
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh
alat-alat di dalamnya.
Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan
pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada
mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat
tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan
membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril
atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau
isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
6.
Tindakan Sebelum Pemasanagan
Langkah 1
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap
klien guna mencegah kontaminasi silang).
Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk
memstikan jumlahnya.
Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril
atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik
hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan
dengan menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan
biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik
yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
Langkah 5
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk
menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang
akan dipasang kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat
pemasangan dengan kain steril.
Langkah 6
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik
dengan 3 ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa
sakit selama memasang kapsul implan.
Langkah 7
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan
aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan
sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian
tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum
pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak
1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
7.
Pemasanagan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan
jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar
menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
Langkah 2
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung
yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar,
1.
dekat pangkal menunjukkan batas trokar
dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul.
2.
dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus
tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul.
Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya
masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri
atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat
ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan
paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya.
Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas
sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah
tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari
luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama
pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di
bawah kulit.
Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar.
Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk
atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar.
Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari
bedak atau pertikel lain.
Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai
terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk
menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke
arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga
pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
Langkah 9
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di
tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah
kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar
seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk
menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul
berikutnya.
Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah
laterla kanan dan kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul
pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan
itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali
trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal
ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk
kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul
berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau
ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi
luka insisi.
Langkah 12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya
telah terpasang.
Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah
kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan
hati-hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat.
Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah
diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari
menggunakan kasa selama 1 menit
8.
Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
a.
Menutup luka insisi
1)
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid
atau plester dengan kassa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak
perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
2)
Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah
pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan)
b.
Perawatan klien
1)
Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul
dan kejadiian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.
2)
Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk
kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan
klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau
bisa diberikan secara tertulis.
2.7
Pencabutan Implant
a.
Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1.
Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil
lagi).
2.
Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan
tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa.
3.
Sudah habis masa pakainya.
4.
Terjadi kehamilan
b.
Prosedur Pengangkatan
1.
Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat
yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul Norplant diperlukan pula satu forceps
lurus dan satu furseps bengkok.
2.
Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6),
kalau perlu kapsul di dorong kearah tempat insisi akan dilakukan.
3.
Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup
dengan kain steril yang berluban.
4.
Lakukan anastesi local.
5.
Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat
yang paling dekat dengan kapsul Norplant.
6.
Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan
kapsul didorong dengan jari tangan lain kearah ujung forceps, selanjutnya
forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps.
7.
Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian
ditarik pelan-pelan. Kalo perlu dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari
tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm
hal ini dilakukan insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut
pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya keluar.
8.
Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk
mengeuarkan kapsul kedua sampai keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul
terjadi perdarahan maka hentikan terlebih dahulu perdarahannya.
9.
Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak
terjadi perdarahan tutup luka dengan kassa steril kemudian di plester.
10.
Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit.
11.
Informasikan kepada pemakai untuk tidak
membasahi luka selama 3 hari.
0 komentar:
Posting Komentar